Lada dan Lado: Diduga Dewa Slavia
Lada, bersama dengan Lado, sering dikutip sebagai tokoh dalam mitologi Slavia, meskipun keberadaan historis dan signifikansi dewa-dewa ini menjadi subjek banyak perdebatan. Mempopulerkan mereka sebagian besar dikaitkan dengan tokoh-tokoh seperti pendeta Polandia Jan Długosz dan cendekiawan seperti Aleksandr Faminstyn dan Boris Rybakov. Sementara para sarjana ini telah menggambarkan Lada https://www.exquisitedesignsalonandspa.com/ dengan berbagai cara, mayoritas sejarawan agama dan Slavis tetap skeptis tentang historisitas para dewa, sering mengaitkan status ilahi mereka dengan kesalahpahaman tentang refrain lagu abad pertengahan oleh para juru tulis.
Penyebutan dan Interpretasi Awal
Penyebutan pertama yang tercatat tentang Lada dapat ditemukan dalam Khotbah Gniezno, serangkaian khotbah yang ditulis oleh Lucas dari Wielki Koźmin sekitar tahun 1405-1412. Dalam tulisan-tulisan ini, Lada termasuk dalam daftar dewa pagan yang pemujaannya dikutuk. Khotbah-khotbah memperingatkan terhadap pemujaan Lada dan dewa-dewa lain selama upacara musim semi, mengaitkan praktik semacam itu dengan penyembahan berhala. Penyebutan Lada dalam konteks ini tidak memberikan deskripsi terperinci, tetapi menyiratkan bahwa Lada, bersama dengan dewa-dewa lain, adalah bagian dari praktik keagamaan pra-Kristen di Polandia. Khotbah itu menyatakan:
“Tidak ada nama lain di bawah langit yang dengannya kita dapat diselamatkan. Karena seseorang tidak diselamatkan dalam nama Lado, Jassa, Nyia, tetapi dalam nama Yesus Kristus.”
Bagian ini mengungkapkan upaya gereja Kristen untuk memberantas praktik dan kepercayaan pagan, termasuk penyembahan tokoh-tokoh seperti Lada. Referensi lebih lanjut ke Lada dalam teks lain, seperti Statua Provincialia Breviter (1420-1422) dan Khotbah per Circulum Anni Cunradi (1423), menggemakan peringatan serupa tanpa menawarkan lebih banyak wawasan tentang dewa.
Jan Długosz dan Hubungan Romawi
Nama Lada mendapat lebih banyak perhatian melalui tulisan-tulisan Jan Długosz, seorang sejarawan dan pendeta Polandia yang terkenal. Dalam Annals or Chronicles of the Famous Kingdom of Poland (1455), Długosz membandingkan Lada dengan dewa perang Romawi, Mars. Dia menggambarkan Lada sebagai dewa perang, mencatat bahwa orang-orang akan berdoa kepadanya untuk kemenangan dan kekuatan. Penafsiran ini menunjukkan bahwa Lada memiliki atribut bela diri yang signifikan, mirip dengan Mars, meskipun tidak ada bukti yang jelas tentang pemujaan tersebut dalam budaya Slavia awal.
Pengaruh Długosz meluas ke sarjana lain, termasuk Maciej Miechowita dan Marcin Kromer, yang mengikuti jejaknya dan merujuk Lada dalam karya-karya mereka. Namun, Miechowita menantang perbandingan Lada oleh Długosz dengan Mars dan malah mengaitkannya dengan Leda, ibu dari si kembar Yunani Castor dan Pollux. Dia berpendapat bahwa lagu-lagu Slavia dan tradisi rakyat yang mengacu pada “Łada” atau “Ileli” menyarankan peran keibuan dan kembaran, menarik paralel dengan Leda daripada dewa perang.
Warisan dan Kontroversi Lada
Terlepas dari interpretasi ini, bukti sejarah untuk pemujaan Lada sebagai dewa yang berbeda tetap tipis. Banyak sarjana berpendapat bahwa referensi ke Lada adalah hasil dari salah tafsir dan penggabungan berbagai tradisi Slavia dan Baltik. Gagasan Lada sebagai dewi perang, atau bahkan dewi sama sekali, dilihat oleh sebagian besar sejarawan sebagai konstruksi modern, mungkin dipengaruhi oleh perpaduan tradisi Kristen dan pagan.
Nama “Lada” terus hidup, tidak hanya dalam tulisan-tulisan sejarah tetapi juga dalam penamaan planetoid (2832) Lada, semakin memperkuat tempat dewa dalam memori budaya modern.
Kesimpulannya, sementara peran Lada sebagai dewa Slavia terus mempesona para sejarawan dan cendekiawan, konsensus yang luar biasa adalah bahwa sebagian besar status legendarisnya didasarkan pada interpretasi dan kesalahpahaman selanjutnya. Baik dewi perang, sosok ibu, atau hanya produk kreativitas juru tulis abad pertengahan, Lada tetap menjadi sosok yang menarik, meskipun kontroversial, dalam cerita rakyat Slavia.