Menakar Fashion Indonesia Menuju 2025
Pelaksana negara Indonesia mencanangkan Indonesia menjadi satu diantara pusat mode dunia pada 2025. Kemauan yang berguling semenjak 2012 itu ada argumennya. Argumen pertama, tentu saja kekuatan ekonomi. Triawan https://tabooclothes.com/ Munaf, Kepala Tubuh Ekonomi Inovatif mengatakan, mode adalah subsektor paling besar di bagian ekonomi inovatif, yang sanggup menyumbangkan 31 % pendapatan di bidang ini. Argumen ke-2 , kreasi beberapa pendesain Indonesia dipandang sanggup berkompetisi di ajang industri mode global.
Kemauan itu pantas dipandang. Tetapi, kita masih butuh membahas lebih dalam ke-2 kekuatan itu. Kenapa?
Pertama, masalah yang fundamental, sepanjang penilaian saya belum juga tahu batas dan ruang cakup mode yang diartikan oleh Tubuh Ekonomi Inovatif (Bekraf ). Kepastian sangat penting karena industri mode, selainnya lingkupnya luas, bertingkat: excellence (haute couture), quality (ready-to-wear), dan snobbery (mass-production) (Gavin Waddell, 2004. How Mode Work: Couture, Ready-to-Wear and Mass Production, Blackwell).
Tanpa kepastian, mustahil Bekraf dapat membuat rencana pas untuk merealisasikan kemauan di atas. Apalagi, bila kehendak jadi pusat mode itu ditempatkan dalam koridor mekanisme mode global, yang menyukai atau mungkin tidak ada dalam kendalian Paris, London, Milan, dan New York (saksikan Jenny Lantz, 2016. The Trendmakers: Behind the Scene of the Global Mode Industry, Bloomsbury).
Ke-2 , parameter untuk memandang kemampuan pendesain Indonesia sanggup berkompetisi di ajang global masih tetap samar-samar. Berbicara mode bukan sekedar desain, komersil. “Mode is something you wear. It’s not something you put on the runway to show how creative you are. There’s nothing bad about selling dresses,” kata Karl Legerfeld (Mary Gehlhar, 2008. The Mode Designer Survival Guide, Kaplan). Pendesain sukses ialah pendesain yang sanggup menyamakan faktor kreasi, komersil, dan tehnologi (saksikan Sadikin Gani, Belajar Usaha Mode dari Inggris, Satusatu.id). Masalah mengukur kemampuan pendesain Indonesia ini, perlu saya ulas tertentu nantinya.
Industri dahulu dan sekarang
Sebaiknya kita perlu mengevaluasi sesaat bagaimana background industri model dunia yang kita mengenal sekarang berkembang dalam semangat demokratisasi.
Baju sebagai (bentuk nyata) mode (Yuniya Kawamura, 2005. Fashion-ology, Berg) jadi industri baru diawali mendekati akhir era ke-19. Cikal-bakalnya ialah dibangunnya House of Worth oleh Charles Frederick Worth (orang Inggris) di Paris, Perancis, pada 1858 (saksikan Daniel James Cole and Nancy Deihl, 2015. The History of Kekinian Mode from 1850, Laurence King). Kedatangan Worth memiliki makna khusus.
Selainnya mengidentifikasi lahirnya profesi mode designer, geser peranan dressmaker (saksikan Chris Breward, 2003. Mode, Oxford University Press), buka jalan untuk mengembangnya baju siap gunakan atau ready-to-wear yang memungkinkannya konsumsi mode semakin bertambah luas.
Mode yang sebelumnya cuma dicicipi keluarga kerajaan mulai berubah ke kelompok beberapa orang kaya baru yang mendapatkan kemakmuran ekonomi dari revolusi industri. Beberapa sejarawan biasa menyebutkan perubahan ini sebagai robohnya dominasi kerajaan sebagai trendsetter, dan lahirnya dominasi adibusana atau haute couture.
Mendekati akhir 1920-an, kecondongan pendesain untuk membikin baju siap gunakan makin kuat sesudah Coco Kanal, Lucien Lelong, dan Jean Patou secara resmi jual koleksi baju siap gunakan di couture house mereka (Bonnie English, 2013. A Cultural History of Mode in the 20th and 21st Centuries: From Catwalk to Sidewalk, Bloomsbury). Tetapi, dominasi adibusana atau haute couture (high sewing) tidak sendirinya tergoyahkan, dan sanggup bertahan sampai dasawarsa 1950-1960-an.