Uncategorized

Falsafah dalam Pendidikan

Falsafah dalam Pendidikan

Faslafah pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting karena mengandung keyakinan yang terdiri dari berbagai nilai dan prinsip yang sangat baik menurut pandangan masyarakat. Selain itu, falsafah pendidikan memberikan pedoman untuk tindakan atau perilaku moral dalam masyarakat (Hamalik, Oemar, 2007: 60). Teori-teori pendidikan berikut berdampak pada pengembangan kurikulum:

Optimis

Filsafat pendidikan yang dikenal sebagai Idealisme berpendapat bahwa kebenaran berasal dari atas dan bahwa Tuhan adalah sumber kebenaran. Sekolah yang berorientasi religius adalah tempat yang paling sering menggunakan filosofi ini. Pelajaran agama wajib bagi setiap siswa. Disiplin biasanya ketat, dan pelanggaran dapat menyebabkan keluar sekolah. Dengan menetapkan standar yang tinggi, pendidikan intelektual juga sangat penting. Pendidik harus memiliki kekuatan intelektual yang kompetitif.

Teori Realisme

Filosofi realistik mencari kebenaran dalam pengalaman pribadi manusia. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dapat meningkatkan mutu kehidupan. Sekolah realis mengutamakan pengetahuan yang kuat yang dihasilkan dari penelitian ilmiah yang dilakukan secara sistematis dalam berbagai bidang atau subjek.

Bagi pendidik, ini terutama berarti bahwa mereka diposisikan sebagai pengelola pendidikan atau pembelajaran. Untuk alasan ini, pendidik harus memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, terutama pembelajaran, seperti penguasaan metode, media, dan strategi serta teknik pembelajaran. Kurikulum realis diharapkan untuk mendorong minat anak terhadap pelajaran akademis, tetapi tidak memperhatikan minat anak. Ia harus benar-benar mempelajari literatur dari berbagai bidang ilmu (Nasution, 2003: 23).

Perrenian

Aliran ini berusaha menggambarkan kemampuan intelektual yang akan tetap ada pada anak-anak. Perrenialisme menekankan bahwa teori kehikmatan tidak akan pernah berakhir, sebagai berikut:

Pengetahuan yang benar (truth), keindahan (beauty), dan kecintaan kepada kebaikan (goodness)

Aliran ini menolak penggabungan IPA atau IPS, dan ingin kurikulumnya terdiri dari mata pelajaran yang berbeda sebagai disiplin ilmu (Nasution, 2003: 23). Karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau parenial, disebut perrenialisme. Prinsip-prinsip pendidikan yang dipegang oleh perrenialisme termasuk:

Karena hakikat manusia tidak pernah berubah, konsep pendidikan itu abadi.
Inti pendidikan harus menggambarkan kemampuan berfikir manusia, yang merupakan ciri khas manusia.
Mengetahui apa yang benar dan universal adalah tujuan belajar.
Pendidikan adalah persiapan untuk kehidupan nyata.
Pelajaran dasar, atau subjek dasar, digunakan untuk mengajarkan kebenaran abadi.
Menurut Tirtarahardja, Umar, dan La Sulo (2005),

Praktikal/Instrumental

Pragmatisme mengatakan bahwa pengalaman manusia menciptakan kebenaran. Kebenaran tidak abadi; kebenaran adalah sementara dan dapat berubah. Peningkatan kesejahteraan manusia adalah tujuan hidup. Membangun dan mengubah masyarakat harus dimulai dengan sekolah (Nasution, 2003: 24).

Tidak hanya mengajar, guru harus memberi anak kesempatan untuk memecahkan masalah dan melakukan hal-hal lain. Orang tua dan masyarakat sering terlibat dalam perencanaan kurikulum untuk memadukan sumber pendidikan formal dengan sumber sosial, politik, dan ekonomi untuk meningkatkan ekonomi kondisi hidup manusia. Banyak pendukung ideologi ini menganggap sekolah sebagai komunitas kecil (Nasution, 2003: 24-25).

Eksistensi

Menurut falsafah ini, individu adalah kunci dalam menentukan apa yang benar dan baik. Tujuan hidup adalah untuk menjadi yang terbaik dari diri sendiri. Satu-satunya cara untuk memahami kehidupan adalah dengan memahami diri sendiri. Dalam aliran ini, pertanyaan yang muncul adalah: bagaimana saya hidup di dunia ini? Apa jenis pengalaman tersebut? Sekolah-sekolah yang menganut eksistensialisme mengajarkan anak-anak untuk menolak otoritas orang lain dan mengambil keputusan sendiri. Ia harus memiliki kebebasan berpikir bebas dan bertanggung jawab atas keputusannya sendiri (Nasution, 2003: 25).

Filosofi

Menurut essentialisme, pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada siswa https://www.laut-pulauseribu.net/ agar mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat sangat penting. Matematika, sains, dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai mata pelajaran penting untuk kehidupan masyarakat. Essesialisme dan perenialisme sama-sama berfokus pada masa lalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *