Uncategorized

Bagaimana Situasi Pendidikan Indonesia Saat Ini?

Bagaimana Situasi Pendidikan Indonesia Saat Ini?

Salah satu tolok ukur perkembangan sebuah negara adalah melalui tingkat pendidikan formal yang disediakannya. Ini karena pendidikan dapat mencerminkan tingkah laku, sikap, dan sifat masyarakatnya melalui aplikasi ilmu dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini juga dipahami oleh Dian Sastrowardoyo dan Marchella FP. Dalam episode “Upaya Perubahan Melalui Pendidikan” dari siniar Beginu, pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mengubah individu yang pada gilirannya akan berdampak pada negara.
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda terhadap pendidikan. Demikian pula dengan aktris dan penyanyi Universitas Oxford, Maudy Ayunda, yang baru-baru ini menjadi sorotan karena ingin mengubah ujian pilihan ganda menjadi ujian terbuka. Meskipun yourbeststocks.com demikian, apakah optimisme ini dapat diwujudkan dalam konteks pendidikan Indonesia yang masih tertinggal dari negara-negara seperti Finlandia dan Singapura?

Pernyataan yang disampaikan oleh Maudy tidaklah salah karena jawaban terbuka dapat memfasilitasi perkembangan pemikiran kritis siswa. Namun, tantangan dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini jauh lebih kompleks daripada sekadar perubahan format ujian.

Meskipun telah terjadi kemajuan dalam bidang pendidikan, namun upaya yang dilakukan masih belum mencapai hasil maksimal. Faktor-faktor seperti kesejahteraan tenaga pengajar, akses terbatas terhadap pendidikan, dan rendahnya tingkat pengetahuan serta ekonomi masyarakat masih menjadi hambatan utama.

Menurut laporan BPS mengenai situasi pendidikan di Indonesia pada tahun 2022, terjadi penurunan jumlah guru dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, terutama di jenjang sekolah dasar. Sebanyak 78 ribu guru tidak terdaftar dalam data Kemendikbudristek.

Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada peran guru dalam proses pengajaran. Bahkan, pentingnya peran guru dalam mendukung pembelajaran tercantum sebagai salah satu target dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) untuk meningkatkan kualitas guru yang tersedia.

Namun, kenyataannya, banyak guru belum mendapat penghargaan yang pantas. Salah satu cerita, Desi (48) telah bekerja sebagai guru honorer di sebuah SDN di wilayah Bandung selama 14 tahun, namun penghasilannya terbatas hanya sekitar satu juta rupiah. Selama mengajar, Desi selalu memberikan motivasi kepada murid-muridnya untuk meningkatkan kemampuan dan bersaing agar mencapai kesuksesan lebih baik. Sayangnya, Desi tidak mendapatkan apresiasi yang seharusnya.
Sementara itu, pemerintah yang terus berdiam diri membuat guru-guru seperti Desi terus bekerja dengan penuh dedikasi, meskipun seharusnya ini dihargai dengan tepat.
Tingkat putus sekolah yang tinggi
Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin sulit bagi siswa untuk mengejar impian mereka. Data yang terdapat dalam laporan BPS menunjukkan peningkatan angka putus sekolah dan tingkat pendidikan yang tinggi. Pada tingkat pendidikan dasar, terdapat 1 dari 1.000 individu yang mengalami putus sekolah. Angka ini lebih rendah dari tingkat putus sekolah di sekolah menengah atas yang mencapai 13 dari 1.000 individu.

Berdasarkan lokasi geografis, terdapat disparitas antara perkotaan dan pedesaan. Angka putus sekolah di pedesaan melebihi perkotaan pada semua tingkatan pendidikan.
Kesenjangan ini disebabkan oleh akses pendidikan yang lebih sulit bagi anak-anak pedesaan dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perkotaan.
Banyak anak di wilayah terpencil menghadapi hambatan ekonomi dalam mencapai impian mereka. Meskipun ada opsi beasiswa, tetapi semakin tua, mereka cenderung lebih memilih membantu keuangan keluarga daripada melanjutkan pendidikan. Karena itulah, tingkat putus sekolah lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *